Presidential Club : Semua Presiden Berjasa!

Inisiatif presidential club ini adalah terobosan jenius dan visioner yang Hulunya adalah pada sikap respek pada pendahulu dan muaranga adalah pada bersatunya potensi bangsa untuk menghadapi situasi global yang sungguh seru dan dinamik.
Tak ada pilihan lain selain persatuan; konsolidasi dan kolaborasi. Kita sudah tertinggal cukup jauh dari misalnya Korea Selatan dan Singapura yang sama-sama mengalami kemiskinan klasik dan struktural di tahun 60 an. Struktur ekonomi kita tahun itu sama dengan Korea, bertumpu pada pertanian, tanpa kontribusi jasa dan manufaktur yang signifikan. Tapi Korea bisa sukses naik kelas menjadi negara industri dan struktur ekonominya berubah dengan kontribusi jasa dan manufaktur yang naik tajam dan di saat yg sama income per kapita warganya naik tajam seiring kenaikan GDP nya. Demikian juga Singapura yang pada awal 70 an masih berkutat pada angka kemiskinan tinggi dan penduduk yang mayoritas bekerja di sektor perkebunan. Tapi kini boleh dibilang seluruh angkatan kerjanya bekerja di sektor jasa, perdagangan dan manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Ada hal-hal strategis dan mendasar yang diputuskan oleh pemimpin mereka di tahun 70 an itu yang berdampak pada proses gradual yang sistematik menuju kemakmuran sekarang.
Belum lagi jika kita membicarakan keberhasilan china yang sukses mengentaskan 600 juta warga miskin.
Semua pencapaian itu terjadi bersamaan dengan perubahan struktur ekonomi yang semula berbasis pertanian, menjadi industri jasa dan manufaktur bernilai tambah tinggi. Strategi ini bukan saja bertujuan membuat hasil pertanian diubah menjadi produk bernilai tambah tapi juga membuka sektor-sektor ekonomi baru yang menyerap lapangan kerja.
Pada titik ini, menjadi penting mencermati program hilirisasi yang jadi tema penting dalam kampanye Prabowo Gibran. Hilirasi adalah cara paling realistis untuk naik kelas menjadi negara industri yang kuat dan solid. Pada awal 70 an di jaman Soeharto, dapat dikatakan sebagai tonggak awal industrialisasi di Indonesia, ditandai dengan masuknya beberapa brand otomotif Jepang ke Indonesia. Diawali dengan perakitan CKD, yang merakit komponen otomotif dari luar, pelan tapi pasti berkembang industri komponen otomotif. Bahkan setelah berjalan kurang lebih 50 tahun pun, kita bisa katakan industri otomotif masih menyisakan banyak bagian yang berpotensi diproduksi di dalam negeri. Kini di saat polusi dari mesin pembakaran internal menjadi tertuduh utama pemicu terjadinya perubahan iklim global, berkembang teknologi baru yang menjadi Game changer industri otomotif yaitu electric car. Indonesia yang memiliki bahan mineral penting dan utama untuk batere mobil, yaitu nikel pun tiba-tiba menempati posisi strategis dalam rantai nilai industri otomotif global.
Kembali kepada tema Presidential Club, ide brilian sang pemimpin.
Semua diawali dari kesadaran bahwa setiap presiden punya jasa dan tampil sesuai waktunya
Soekarno tampil sebagai pemimpin yang ngotot bahwa Indonesia ini adalah negara kesatuan, di bawah satu bendera yang sama dan disambungkan dengan bahasa yang sama. Kengototan ini membawa hasil, bahkan lautan di kepulauan nusantara pun berada di bawah otoritas Indonesia. Bukan tanpa halangan, banyak yang menentang gagasannya di berbagai daerah maupun di luar negeri, tapi semua tantangan itu bisa diatasi. Indonesia tetap utuh sebagai satu kesatuan teritorial, sosial, politik dan kebudayaan. Lama orang bisa paham, kok Soekarno ngotot orang dengan berbagai suku bangsa ini harus di bawah satu kesatuan bangsa? Tapi visi besar Soekarno lah yang membuktikan, bahwa dengan persatuan ini, akan banyak keuntungan didapat, akan mudah mengalahkan imperialisme dan kolonialisme barat di tanah nusantara yang saat itu masih kuat bercokol.
Soeharto, utamanya, berjasa mempertahankan kesatuan. Negara tetap utuh di tengah gempuran masalah. Ekonomi bukan sekedar mandeg, bahkan merosot terjun bebas. Inflasi tinggi, rakyat antri beras.
Dengan tangan dingin kepemimpinannya, walau banyak pengkritiknya, kita harus akui, negara ini utuh, bahkan bangkit dan sempat jadi macan asia. Utuh, bahkan sempet nambah teritori. Bangkit, artinya sector-sektor ekonomi yang mandeg dan merosot bisa bergerak lagi, rakyat bisa kerja, dapat penghasilan dan bisa beli barang. Ekonomi berjalan.
Walaupun banyak kritik, kita boleh ambil sikap respek kepada pak Harto. Di jaman beliau lah banyak program ikonik yang melegenda sampai sekarang. Ada inpres misalnya, adalah terobosan jenius untuk memberantas buta huruf. Banyak politisi dan pemimpin saat ini adalah alumnis sd inpres ini.
Puskesmas adalah terobosan jenius lainnya. Di bidang pertanian ada bimas dan inmas. Di bidang demografi ada transmigrasi dan KB. Banyak alumni transmigran yang sekarang sukses dan jadi pemimpin wilayah.
Jadi, masing-masing presiden kita adalah orang-orang terpilih di jamannya, yang bekerja sesuai konteks situasionalnya. Habibie berjasa dalam menstabilkan ekonomi yang berantakan efek dari krisis moneter. Ini bukan krisis biasa, banyak negara bubar karena krisis, Indonesia masih utuh dan eksis meski foto Kepala IMF Camdesus yang melihat Soeharto tanda tangan itu terasa menyakitkan, tapi penerus Soeharto Habibie berhasil membuat Rupiah kembali kuat dr 17rb per USD menajadi 6500 per USD. Habibie juga adalah Presiden yang untuk pertama kalinya sukses menyelenggarakan pemilu yang bebas dan demokratis yang mengantarkan PDIP menang 35%. Gus Dur yang meneruskan Habibie, jelas adalah bapak keberagaman. Membuka jalan tradisi dialog langsung warga dengan presidennya, membuat istana presiden tak lagi sakral. Megawati tentu saja adalah pemimpin yang akan dikenang terus karena di jamannya memungkinkan rakyat memilih Presiden langsung. Ia ibarat ibu bangsa yang menyediakan pilihan bagi rakyatnya untuk memilih langsung pemimpin yang disukainya. Kita akan terus mengenang sikap negarawan beliau, menjamin transisi kepemimpinan berlangsung aman dan demokratis, yang berdampak sangat baik bagi citra Indonesia di mata dunia Internasional.
SBY yang meneruskan kepemimpinan Megawati tentu akan terus dikenang oleh rakyat Indonesia sebagai pemimpin yang serius bekerja agar ekonomi Indonesia yang tertekan karena krisis moneter dan skandal BLBI yang membebani APBN tidak lumpuh. Tidak ada pilihan lain, selain strategi BLT dan subsidi, agar rakyat punya modal untuk bergerak. Banyak orang kini berteriak bahwa SBY tidak banyak membangun infrastruktur. Saya termasuk yang tidak setuju hal itu. Beliau presiden yang dihadapkan pada pilihan sulit akibat keterbatasan ruang fiskal. Penerimaan negara dari pajak masih rendah, daya beli warga rendah, pengangguran tinggi, sektor ekonomi belum banyak berkembang. Mostly dari pertanian dan tambang yang langsung dijual mentah. Momentum kenaikan penerimaan APBN terjadi pada tahun ketiga pemerintahan beliau ketika harga komoditas minyak bumi, batubara dan sawit mengalami kenaikan. Pada akhirnya SBY akan dikenang utamanya karena di jamannya PILKADA langsung dimulai, hutang IMF dibayar lunas dan APBN yang di 2004 sebesar 400 triliun di 2014 tembus 1800 triliun dengan porsi penerimaan pajak yang terus meningkat.
Era Jokowi yang sedang berjalan sebagai penerus SBY adalah era di mana Indonesia makin dikenal di panggung dunia sebagai negara yang aman dan stabil. Pembangunan infrastruktur yang masif, dan tempat berdagang yang menguntungkan. Investasi asing mengalir deras, membuka peluang kerja dan peningkatan transaksi. APBN makin membesar dan kontribusi pajak makin dominan dalam penerimaan negara, yang berarti sektor-sektor ekonomi bernilai tambah makin berperan memberikan kontribusi penerimaan negara. Jika di awal memerintah besaran APBN adalah 1800 triliun, maka pada 2024 APBN menjadi Rp.3.325 triliun. Efeknya terasa dalam kehidupan sehari-hari kita di mana fasilitas publik makin mudah dan merata. Sektor transportasi dan telekomunikasi berkembang pesat dan membuka peluang ekonomi baru. Income per kapita pun meningkat dari USD 3500 pada 2014 menjadi USD 4900 pada 2023. Banyak hal untuk ditulis tentunya seluruh pencapaian di jaman Jokowi, dari seluruh sektor kehidupan, Indonesia berada di lebel yang lebih baik dan siap untuk melangkah ke level kemajuan berikutnya.
Kini rakyat ingin melihat tradisi baru, di mana seluruh pemimpinnya duduk minum teh sembari bercengkerama mengenang masa-masa sulit mempertahankan eksistensi NKRI. Sembari bersenda gurau bercanda tawa melihat juniornya, anak-anaknya bekerja sangat keras dan sangat serius membawa Indonesia lebih maju dan lebih kuat. Tak cuma jagoan di industir manufaktur, tapi juga pemenang di kompetisi olah raga, budaya dan ilmu pengetahuan. Karena kita yakin DNA kita adalah Daya Tahan dan Kekuatan dan takdir kita adalah Kejayaan. -FN
0 Komentar